terkinni.id – Selama penyelenggaraan “Konferensi Perubahan Iklim COP30” di Belém, Brasil, pada Rabu (12/11) lalu, Kementerian Kehutanan Republik Indonesia dan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Korea Selatan telah melakukan pertemuan bilateral dalam rangka menjajaki peluang kerja sama di bidang restorasi mangrove untuk mengembangkan blue carbon.
Direktur Rehabilitasi Mangrove, Ditjen Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan, Kementerian Kehutanan (Kemenhut) RI Ristianto Pribadi dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (16/11), menyatakan Pemerintah RI menyambut baik inisiatif kerja sama ini sebab dinilai mampu memperkuat kolaborasi global dalam pengelolaan mangrove dan pengembangan blue carbon. Ia berharap kerja sama ini dapat semakin mengukuhkan posisi Indonesia sebagai pemimpin dunia dalam konservasi mangrove dan menjadi langkah penting dalam kemitraan strategis Indonesia-Korea di sektor lingkungan dan iklim.
Dalam pertemuan bilateral itu, Ristianto pun memaparkan kepada delegasi Korea Selatan bahwa Indonesia telah melakukan rehabilitasi terhadap lebih dari 165 ribu hektare kawasan mangrove, dengan total luas mencapai 3,44 juta hektare, atau sekitar 23 persen dari total ekosistem mangrove dunia. Ia menegaskan bahwa upaya tersebut bukan hanya untuk menjaga keseimbangan ekosistem pesisir, tetapi juga bagian dari target nasional menuju FOLU Net Sink 2030.
Sementara itu, delegasi Korea Selatan yang dipimpin oleh Wakil Menteri Kelautan dan Perikanan, Jeong-ho Seo, menyampaikan ketertarikannya terhadap pengalaman Indonesia dalam pemulihan mangrove serta komitmen untuk menjajaki kerja sama konkret di sektor pesisir.
Ia mengatakan, “Kami terkesan dengan capaian Indonesia dan ingin berkontribusi melalui kerja sama teknologi, riset, dan inovasi untuk memperkuat ketahanan pesisir.”
Ia kemudian menambahkan bahwa Korea Selatan juga berminat mendukung pendirian World Mangrove Center (WMC) yang digagas Indonesia sebagai pusat pengetahuan dan kolaborasi internasional di bidang konservasi mangrove.
Sebagai langkah lanjutan, kedua negara sepakat membentuk tim teknis untuk membahas rencana kerja sama secara lebih rinci bersama Global Green Growth Institute (GGGI). Indonesia akan berperan sebagai fasilitator dalam penyusunan serta pelaksanaan program restorasi mangrove dan pengembangan blue carbon.


