terkinni.id – Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan mengumumkan pada Kamis (4/9) bahwa mereka telah menyelesaikan perencanaan dana Global Plant, Construction, and Smart City (PIS) tahap kedua senilai 1,1 triliun won pada bulan Agustus lalu.
Dana PIS tahap kedua dikumpulkan dengan menggabungkan dana induk sebesar 440 miliar won dari pemerintah dan lembaga publik serta 660 miliar won dari sektor swasta. Dana tersebut rencananya akan dialokasikan oleh Kementerian untuk proyek investasi dan pembangunan luar negeri melalui dana swasta buta atau blind fund (700 miliar won) dan proyek (400 miliar won).
Dana buta atau blind fund (700 miliar won) akan dioperasikan sebagai tiga jenis dana—yakni dana penguatan pesanan, dana vitalitas, dan dana lanjutan luar negeri—serta diinvestasikan melalui ekuitas, pinjaman, obligasi, dan sekuritas penghasil pendapatan.
Dana penguatan pesanan (senilai 250 miliar won) akan diinvestasikan dalam proyek yang melibatkan perusahaan infrastruktur publik, seperti transportasi dan pembangunan perkotaan, di negara-negara dengan peringkat kredit negara BB- atau lebih tinggi, seperti Vietnam dan Turki.
Dana vitalitas (senilai 260 miliar won) akan diinvestasikan dalam proyek-proyek yang mendukung penerimaan pesanan dan ekspor luar negeri perusahaan Korea di negara-negara dengan peringkat kredit negara BBB- atau lebih tinggi, seperti Indonesia dan Filipina.
Dana lanjutan luar negeri (senilai 190 miliar won) akan diinvestasikan dalam bisnis baru yang mengikutsertakan perusahaan-perusahaan Korea dan bagi pengoperasian aset di negara-negara dengan peringkat kredit negara BBB+ atau lebih tinggi, seperti AS, Inggris, dan Arab Saudi.
Sementara itu, dana proyek (400 miliar won) ditargetkan untuk semua negara. Dana akan dikumpulkan dan diinvestasikan secara bersamaan untuk setiap proyek yang dinilai memenuhi standar identifikasi sehingga memungkinkan dukungan finansial yang cepat untuk proyek-proyek investasi dan pengembangan yang diikuti oleh perusahaan-perusahaan Korea.
Melalui dukungan ini, pesanan yang sebelumnya terkonsentrasi di Timur Tengah dan Asia Tenggara, kini terdiversifikasi hingga mencakup negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan nilai portofolio metode bisnis dan memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan berkelanjutan industri konstruksi luar negeri.
Nam Young-woo, Direktur Kebijakan Konstruksi di Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi, mengatakan, “Tahun lalu, kami mencapai $1 triliun dalam pesanan konstruksi luar negeri dan kiranya pendorong utama yang akan memimpin ‘era $2 triliun dalam pesanan konstruksi luar negeri’ di masa yang akan datang adalah proyek investasi dan pengembangan luar negeri.” Ia menambahkan, “Untuk mencapai hal ini, pengamanan daya saing finansial sangatlah penting sehingga tahap kedua dana PIS ini akan memainkan peran utama dalam membantu perusahaan Korea maju ke proyek investasi dan pengembangan luar negeri.”


