terkinni.id – Melanjutkan kesepakatan tarif Korsel-AS dan penghapusan tarif untuk paket kecil, industri K-Fashion dan K-Beauty mengalami ketegangan. Lain dengan pasar besar Tiongkok yang tidak terlalu bergantung pada AS, pertumbuhan pasar besar Korea diproyeksikan mengalami kerugian dengan pertimbangan meningkatnya Reverse Direct Project (pembelian barang dari platform domestik Korea oleh konsumen luar negeri). Merespon keadaan ini, mayoritas perusahaan industri akan menyesuaikan strategi sambil melakukan observasi pasar.
Pada dasarnya, beban kenaikan tarif produk kecantikan seperti ini tidak dapat dihindari mengingat daya saing K-Beauty yang luar biasa. Menurut Layanan Bea Cukai Korea, ekspor kosmetik perusahaan Korea ke AS tahun lalu bahkan mencapai $1,7 miliar (KRW 2,5 triliun), melampaui Prancis dan menjadi eksportir terbesar. Kemudian, pada paruh pertama tahun ini mencapai $1,02 miliar, meningkat 17,7% dibandingkan tahun sebelumnya, menunjukkan adanya pertumbuhan.
Lebih lanjut, menurut Statistik Korea, AS sendiri menyumbang 20% dari penjualan langsung luar negeri, menempati peringkat kedua setelah Tiongkok (56,8%). Meskipun kesenjangan dengan Tiongkok signifikan, AS mampu menunjukkan pertumbuhan yang stabil dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata melebihi 70% selama lima tahun terakhir, terutama dalam industri fashion.
Sementara itu, Amorepacific dan LG Household & Health Care, dua perusahaan kecantikan Korea terkemuka, dilaporkan masing-masing menyumbang sekitar 10% dari penjualan mereka di AS. Mereka telah mengawasi potensi dampak tarif ini sejak awal dan sedang mempertimbangkan berbagai skenario. Meskipun demikian, belum ada rencana terkait kenaikan harga.

Kondisi ini kemudian membuat pengusaha retail produk kecantikan Korea di AS berupaya mengamankan inventaris produk. Perusahaan retail produk kecantikan Korea di AS, seperti Santé Brand dan Senti Senti, juga melaporkan peningkatan pesanan hingga hampir 30%, bahkan semenjak Presiden Trump memberlakukan tarif impor AS terhadap sebagian besar produk dunia pada bulan April lalu.
Merespons kondisi ini, Lee Seung-eun, peneliti di Yuanta Securities, menjelaskan bahwa dalam jangka pendek, kondisi harga mungkin tetap stabil karena pengiriman terus menggunakan inventaris yang ada, tetapi seiring menipisnya inventaris, kenaikan tarif mungkin akan tercermin dalam biaya pengiriman. Oleh karena itu, pengawasan terhadap kondisi permintaan pasar pada paruh kedua nanti perlu dilakukan.