terkinni.id – Pada Jumat (15/8) telah diadakan perayaan Hari Pembebasan yang ke-80 di Sejong Center for the Performing Arts di Gwanghwamun, Seoul. Dalam acara ini Presiden Lee Jae-myung hadir bersama ibu negara, Kim Hye-kyeong, dan menyampaikan pidato yang membahas situasi hubungan dengan Korea Utara.

Dalam pidato tersebut, Presiden Lee menggambarkan hubungan kedua Korea seperti “bola benang yang kusut” sebab tidak ada tanggapan dari Korea Utara dalam upaya rekonsiliasi yang saat ini sedang diusahakan.
Menanggapi situasi ini, Presiden Lee menyatakan bahwa ia akan dengan sabar berusaha memulihkan kepercayaan dan berdialog dengan Korea Utara. Untuk itu, ia berkata akan menghormati rezim Korea Utara dengan tidak mengejar proses penyatuan dan tidak akan terlibat dalam tindakan permusuhan apa pun.
Pemerintahan Lee Jae-myung sendiri telah berupaya untuk meredakan ketegangan dengan Korea Utara, diantaranya melalui penghentian distribusi selebaran yang bersifat provokatif ke Korea Utara, pencabutan pengeras suara di wilayah perbatasan, menghentikan siaran radio dan TV milik BIN ke Korea Utara, hingga melakukan penyesuaian untuk latihan militer gabungan ROK-AS.
Ia menekankan bahwa tidak akan terpengaruh oleh pandangan negatif atas tindakan pemerintahannya terhadap Korea Utara dan tetap berupaya mencapai ‘Semenanjung Korea yang damai tanpa senjata nuklir’.
Berkaitan dengan misi tersebut, ia mengatakan, “Saya mengakui bahwa denuklirisasi merupakan tugas yang rumit dan sangat sulit untuk diselesaikan dalam jangka pendek,” lalu “Kami akan mencari solusi damai melalui dialog antar-Korea dan AS-Korea Utara, serta memperluas dukungan dan konsensus komunitas internasional untuk perdamaian di Semenanjung Korea dan pengembangan hubungan antar-Korea.”