terkinni.id – Pada 24-26 Oktober lalu, para kontingen Indonesia yang terdiri atas para migran Indonesia di Korea Selatan telah sukses tampil dalam acara ‘Migrants’ Arirang Multicultural Festival’ atau MAMF 2025 yang digelar di Sungsan Art Hall, Changwon, Provinsi Gyeongnam.
‘Migrants’ Arirang Multicultural Festival’ merupakan festival perayaan keragaman budaya terbesar di Korea Selatan. Festival ini mempertemukan para imigran dan warga lokal Korea untuk saling memahami keanekaragaman budaya dan unsur-unsur multikultural.
Dalam festival ini, para kontingen yang berasal dari 21 negara saling berlomba menunjukkan identitas budaya negaranya masing-masing. Sehubungan dengan ini, para kontingen Indonesia yang diwakili oleh Akademi Seni Budaya Wastra Indonesia-Korea menampilkan pertunjukan seni tradisional seperti Reog Ponorogo, iringan musik Tor-Tor, tari daerah dari Belantara Budaya Indonesia, parade baju adat dan baju pengantin tradisional Indonesia, hingga Wastra Nusantara
Joy Tobing, seorang penyanyi lawas Indonesia, juga ikut hadir dan tampil pada penutupan festival ini. Melalui postingan Instagramnya (@/joydestinytobing), beliau juga memberikan ucapan selamat atas keberhasilan kontingen Indonesia mendapatkan hadiah Utama (Grand Prize). Lebih lanjut, saat tampil dalam acara puncak, Joy Tobing juga mengenakan tenun khas NTT karya designer lokal, berkontribusi dalam memperkenalkan wastra Indonesia kepada dunia.
Selain pertunjukan seni, kontingen Indonesia diketahui juga akan membuka pameran wastra seperti batik, tenun, dan songket, serta workshop interaktif membatik bersama warga Korea. Dengan dipandu oleh Budi Dwi Haryanto dari Rumah Batik Palbatu serta partisipasi UMKM, desainer, dan pengrajin wastra lokal, workshop ini akan menampilkan berbagai jenis karya wastra hingga memperkenalkan filosofi di balik motif batik Indonesia.
Pendiri Galeri dan Akademi Wastra Indonesia di Korea, Mesiana Surya Chang, mengatakan kegiatan ini menjadi ajang memperkuat diplomasi budaya antara Indonesia dan Korea. Ia kemudian mengatakan, “Kami ingin masyarakat internasional mengenal lebih dalam filosofi dan keindahan wastra Indonesia yang sarat nilai sejarah.”
Menurutnya, festival ini sekaligus memperingati 20 tahun MAMF dan 53 tahun hubungan diplomatik Indonesia–Korea Selatan. Mesiana berharap Indonesia bisa menjadi tuan rumah MAMF tahun depan agar dapat menampilkan seluruh potensi budaya Nusantara secara lebih luas.
Ke depannya, Akademi Seni Budaya Wastra Indonesia-Korea juga berencana membuka kelas membatik, tari tradisional, tata rias pengantin, hingga musik tradisional dan bekerja sama dengan beberapa universitas di Korea Selatan, seperti Gimhae University dan Hanbat National University.


