October27 , 2025

Kampung Karya Baru Adopsi Hangeul untuk Lestarikan Bahasa Cia-Cia

Share

terkinni.id – Dalam rangka berupaya melestarikan bahasa asli mereka, yakni bahasa Cia-Cia, sebuah kampung di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, diketahui menggunakan aksara Hangeul dari Korea Selatan berdampingan dengan huruf Latin untuk menulis. Penggunaan Hangeul ini dimulai sejak 2010 di Kampung Karya Baru, Kecamatan Sorowalio, Kota Baubau. Warga setempat menilai hal ini sebagai suatu kebanggaan sebab kini kampung mereka dikenal hingga ke tingkat internasional.

Berkat hal ini, kampung Karya Baru juga mendapat julukan “Kampung Korea”. Meski demikian, setelah lebih dari satu dekade berjalan, penelitian pada 2024 menyebutkan penggunaan aksara Hangeul belum banyak membantu pelestarian bahasa Cia-Cia. Hal ini dikarenakan sebagian warga hanya mengenal bentuk tulisannya, namun tidak memahami atau menggunakan bahasa Cia-Cia dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun proses adopsi ini bermula dari pertemuan antara Wali Kota Baubau kala itu, Amirul Tamim, dan Ketua Hunmin Jeongeum Society asal Korea Selatan, Chun Tai-Hyun, pada 2005. Dalam pertemuan tersebut, Chun melihat kemiripan antara pelafalan bahasa Cia-Cia dan bahasa Korea. Karena bahasa Cia-Cia tidak memiliki sistem penulisan sendiri, aksara Hangeul kemudian diusulkan sebagai alternatif untuk menuliskan bunyi-bunyi yang sulit direpresentasikan dengan huruf Latin.

Gagasan tersebut disambut positif oleh Pemerintah Kota Baubau, yang kemudian secara resmi mengadopsi aksara Hangeul pada tahun 2009. Beberapa pengajar dari Korea Selatan pun dikirim untuk mengajarkan anak-anak SD di Kampung Karya Baru cara membaca dan menulis Hangeul. Program ini sempat berjalan aktif, namun seiring berjalannya waktu, kegiatan pembelajaran Hangeul mulai menurun akibat keterbatasan sumber daya dan tenaga pengajar.

Meskipun efektivitas penerapannya masih menjadi bahan perdebatan, masyarakat Baubau tetap merasa bangga dengan ciri khas budaya yang mereka miliki. Kini, Kampung Karya Baru dikenal sebagai simbol hubungan budaya antara Indonesia dan Korea Selatan, sekaligus pengingat bahwa pelestarian bahasa daerah membutuhkan dukungan berkelanjutan agar tidak berhenti pada tataran simbolik, melainkan terus hidup dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya.

Related

Brand Tas Korea Populer ‘Stand Oil’ Akhirnya Buka Toko Pertama di Central Park!

terkinni.id – KREAM, platform komersil populer asal Korea Selatan,...

KB Kookmin Bank Fasilitasi Operasi bagi 5 Anak Indonesia  Penderita Penyakit Jantung

terkinni.id – KB Kookmin Bank mengumumkan pada Senin (27/10)...

Aktor Ringgo Agus Rahman Dinobatkan sebagai Duta KIFF 2025!

terkinni.id – Ringgo Agus Rahman, aktor Indonesia yang baru-baru...