Faktor Ekonomi dan Investasi
Bahasa juga mengikuti arus ekonomi. Jika Indonesia menjadi pusat investasi dan perdagangan yang menarik, maka kebutuhan akan bahasa Indonesia akan meningkat dengan sendirinya. Investor dan pelaku bisnis asing akan terdorong untuk belajar bahasa Indonesia demi kemudahan komunikasi dan negosiasi.
Oleh karena itu, strategi internasionalisasi bahasa Indonesia tidak dapat dipisahkan dari kebijakan ekonomi. Menyederhanakan proses investasi, memperkuat citra positif Indonesia, dan membangun layanan publik yang ramah akan menjadi faktor pendukung utama. Ketika dunia merasa nyaman berbisnis di Indonesia, mereka akan dengan sukarela belajar bahasa kita.
Membandingkan dengan Bahasa Melayu
Sering kali orang membandingkan bahasa Indonesia dengan bahasa Melayu di Malaysia. Meskipun keduanya memiliki akar yang sama, jalan yang ditempuh berbeda. Malaysia, dengan penggunaan bahasa Inggris yang sangat luas, menghadapi tantangan dalam mempertahankan kemurnian bahasa Melayunya. Fenomena ‘Manglish’—campuran antara bahasa Melayu dan Inggris—telah menjadi kebiasaan sehari-hari yang sulit dihindari.
Indonesia, sebaliknya, berhasil menjaga standar bahasa Indonesia dengan cukup konsisten. Bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa nasional, akademik, dan resmi, serta digunakan di ruang publik secara luas. Inilah keunggulan yang harus dijaga, karena kekuatan bahasa lahir dari konsistensi dan kebanggaan penuturnya.
Nasionalisme Bahasa: Mencintai Bahasa Sendiri
Bahasa Indonesia tidak akan menjadi bahasa dunia jika rakyatnya sendiri tidak menggunakannya dengan benar dan bangga. Kita sering mengeluh mengapa dunia tidak belajar bahasa kita, padahal banyak dari kita sendiri lebih bangga berbahasa asing. Internasionalisasi tidak akan datang dari luar; ia harus dimulai dari dalam.
Kita perlu mencintai bahasa Indonesia dengan cara yang aktif: menulis, berbicara, dan berpikir dalam bahasa sendiri. Ketika bangsa Indonesia percaya pada keindahan bahasanya, dunia pun akan melihat keindahan itu. Bahasa adalah wajah bangsa; merawatnya berarti menjaga martabat kita di hadapan dunia.
Smart Learning dan Era Digital
Di era digital, cara kita mengajarkan bahasa juga harus berubah. Teknologi harus menjadi mitra, bukan pengganti. Konsep smart learning, flipped learning, dan e-learning telah membuka jalan baru bagi pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing. Melalui platform daring, video interaktif, dan tutor berbasis AI, bahasa Indonesia dapat diakses oleh siapa pun, kapan pun.
Lebih jauh lagi, proyek pembangunan korpus bahasa Indonesia dan pengembangan sistem pembelajaran afektif membuka peluang besar untuk memperkenalkan bahasa ini secara global. Dunia digital adalah ruang tanpa batas—dan bahasa Indonesia harus hadir di sana, aktif dan hidup.
Potensi Tak Terbatas: “Korea Saja Bisa, Apalagi Indonesia!”
Indonesia memiliki semua syarat untuk menjadikan bahasanya mendunia: sumber daya manusia yang besar, kekayaan budaya, dan potensi ekonomi yang kuat. Jika Korea dapat menembus dunia melalui gelombang budaya dan kreativitasnya, Indonesia pun pasti bisa.
Internasionalisasi bahasa Indonesia bukan sekadar proyek linguistik, melainkan gerakan kebangsaan. Ia membutuhkan sinergi antara pemerintah, akademisi, seniman, dan masyarakat umum. Dengan kebanggaan nasional dan strategi yang tepat, bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa penting di dunia.
Seperti yang sering saya katakan dalam setiap forum internasional: Korea saja bisa, apalagi Indonesia. Yang kita perlukan hanyalah keyakinan dan cinta yang tak pernah padam terhadap bahasa sendiri.
Prof. Dr. Koh Young Hun
Prodi Melayu-Indonesia, Hankuk University of Foreign Studies, Seoul, Korea
Direktur, Korea–Indonesia Center (KIC)


