October26 , 2025

Indonesianis dari Korea (Bagian 1/2)

Share

Terkinni.id – Indonesia tidaklah asing bagi Prof. Koh Young Hun, yang merupakan warga negara Korea Selatan. 48 tahun lalu, Koh Young Hun yang masih remaja berdiskusi dengan kawannya untuk menentukan program studi di bangku kuliah. Dari diskusi itu, Koh muda merasa mantap mendaftar ke Prodi Melayu-Indonesia di Hankuk University of Foreign Studies (HUFS). Sejak itulah, Koh Young Hun terus membangun ikatan dengan Indonesia.

Di ruang kuliah, dosen Prodi Melayu-Indonesia kerap menyebut Indonesia sebagai negara yang berpotensi sangat besar. Sumber daya alam berlimpah, besarnya populasi, keanekaragaman hayati hingga kekayaan budaya adalah modal penting Indonesia untuk menjadi negara maju dan berpengaruh. Ilmu yang diserap di bangku kuliah itu memotivasi Prof. Koh untuk lebih jauh berinteraksi dengan Indonesia.

Sejak pertama kali menapakkan kaki di Indonesia pada 1988, dia sudah ratusan kali menempuh rute penerbangan Korea-Indonesia. Saat ini bahkan dia rutin mengunjungi Indonesia, setidaknya 4 kali dalam setahun. Intensitas kunjungan itu tak lepas dari predikatnya sebagai Guru Besar Bahasa dan juga kritikus Sastra Melayu-Indonesia.

Konsentrasi kajian itu membuatnya lebih dekat dengan karya-karya sastra Indonesia, khususnya novel-novel Pramoedya Ananta Toer. Dari Pram, Prof Koh memetik pelajaran penting, bahwa integrasi bahasa merupakan faktor krusial dalam membangun sebuah bangsa. Di Indonesia, momen integrasi bahasa terjadi ketika Sumpah Pemuda 1928 menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

Para tokoh pergerakan waktu itu memilih Bahasa Indonesia, yang telah menjadi lingua franca, jembatan komunikasi antarbudaya di kawasan Hindia Belanda yang multietnik. Bahasa Indonesia juga dinilai lebih praktis dibanding berbagai bahasa lain di kawasan. Karena itu, Sumpah Pemuda menetapkannya sebagai bahasa persatuan, meskipun kuantitas penuturnya lebih kecil dibanding penutur Bahasa Jawa kala itu.

Kajian-kajian Prof Koh tentang bahasa dan sastra Indonesia itu dituangkannya dalam berbagai karya tulis. Di bidang pengajaran bahasa, salah satu buku yang dia tulis yaitu ”Percakapan Bahasa Indonesia” jilid 1 & 2, yang menjadi pegangan bagi orang asing untuk belajar bahasa Indonesia. Adapun di bidang kritik sastra, salah satu karya Prof Koh yaitu ”Pramoedya Menggugat: Melacak Jejak Indonesia.”

Dari karya-karya itu, Prof Koh melihat bahwa selain menjadi pemersatu bangsa, bahasa juga menjadi piranti diplomatik untuk membangun kedekatan antarnegara dan bangsa. Karena itulah, meski sudah purnatugas di HUFS, dia tetap mendedikasikan waktunya untuk mengembangkan diplomasi budaya antara Korea dan Indonesia. Untuk tujuan itulah, dia mendirikan The Korea-Indonesia Center yang berpusat di Seoul (TKIC).

Lanjut ke Indonesianis dari Korea Bagian 2

Related

Indonesianis dari Korea (Bagian 2/2)

Terkinni.id - Prof Koh masih teringat perkataan dosennya tentang...

Korea Saja Bisa, Apalagi Indonesia! (Bagian 3/3)

Penulis, Prof. Dr. Koh Young Hun Terkinni.id - Sebagai penutup, saya...

Korea Saja Bisa, Apalagi Indonesia! (Bagian 2/3)

Penulis, Prof. Dr. Koh Young Hun Terkinni.id - Kita semua tahu...