October25 , 2025

Korea Saja Bisa, Apalagi Indonesia! (Bagian 2/3)

Share

Penulis, Prof. Dr. Koh Young Hun

Terkinni.id – Kita semua tahu bahwa Korea dalam kurun waktu yang relatif singkat telah menjelma menjadi masyarakat modern, yaitu masyarakat yang telah mampu melepaskan diri dari ketergantungan pada kehidupan agraris semata-mata. Kemajuan yang diperoleh Korea, bukan hanya  mendatangkan kemakmuran pada seluruh masyarakat bangsa Korea sahaja, tetapi lebih dari itu telah mengembalikan kepercayaan diri bangsa Asia pada umumnya, bahwa Indonesia pun mampu untuk maju dan mengejar ketertinggalan. Bahkan pada suatu saat, dalam hal-hal tertentu negara Garuda ini akan dapat mengungguli bangsa lain yang telah lebih dulu maju.

Kemajuan Korea Selatan ini terus terang saja telah membuat banyak orang berdecak, terpukau seperti melihat keajaiban sebuah mujizat. Para pakar bertanya-tanya, resep apa gerangan yang telah membuat bangsa yang terubah menjadi negara dan bangsa yang makmur? Sejak awal tahun 70-an pihak pemerintah Korea dalam rangka semangat pembangunan nasional telah berusaha membentuk tipe manusia Korea yang memiliki empat kualitas. Pertama, ‘sikap rajin bekerja.’ Lebih menghargai bekerja secara tuntas betapa pun kecilnya pekerjaan itu, tinimbang pidato yang muluk-muluk tetapi tiada pelaksanaannya; kedua, ‘sikap hemat’, yang tumbuh sebagai buah dari sikap rajin bekerja tadi; ketiga, ‘sikap self-help‘, yang didefinisikan sebagai berusaha mengenali diri sendiri dengan perspektif yang lebih baik, lebih jujur dan lebih tepat; berusaha mengembangkan usaha dan kepercayaan pada diri sendiri; berusaha mengembangkan sifat mandiri dan rasa percaya diri; serta berusaha untuk dengan tegas menjaga diri dari pengaruh faktor-faktor yang merusak di dalam lingkungan apapun; keempat, kooperasi atau kerja sama, cara untuk mencapai tujuan secara efektif dan rasional, dan mempersatukan individu serta masyarakatnya.

Inilah picu laras yang memacu jiwa kerja bangsa Korea; yang bila kita perhatikan, keempat butir nilai itu sesungguhnya adalah nilai luhur bangsa Indonesia. ‘Rajin pangkal pandai’ dan ‘sedikit bicara banyak kerja’ adalah pepatah yang telah mengakar dalam budaya Indonesia, sama dengan ‘sikap rajin bekerja’. Adapun sikap hemat, dikenal pepatah ‘hemat pangkal kaya’, yang merupakan kelanjutan dari ‘rajin bekerja’. Jelasnya dalam pepatah Indonesia dikenal ungkapan ‘Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya.’

Ada juga nilai self-help, mandiri, sudah lama melekat dalam nilai religi sebagian besar masyarakat Indonesia, karena Tuhan Yang Maha Esa dalam Al-Quran menyebutkan bahwa sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib sesuatu bangsa, kecuali bangsa itu merubah nasibnya sendiri. Sedangkan setiap usaha mengubah nasib, baik itu membuahkan hasil ataupun tidak, Islam telah memberinya nilai tambah; digolongkan pada perbuatan ibadah. Sementara sifat yang terakhir, kooperasi, adalah sendi-sendi budaya Indonesia yang amat menonjol. Kooperasi atau gotong royong tetap dipelihara dan dilestarikan.

Kita sudah melihat secara sekilas persamaan nilai antara bangsa Korea dan Indonesia. Sungguh pun demikian, kita yakin bahwa setiap individu, setiap bangsa, pasti memiliki keunikan khusus yang pada dasarnya merupakan ciri khas individu atau bangsa itu. Albert Kuhon mengenali karakter bangsa Korea, antara lain : pertama, berbeda dari egoisme Barat yang menonjol, ego di lingkungan bangsa Korea selalu menyangkut segenap keluarga, sahabat intim, dan pihak-pihak yang memiliki jalinan kekerabatan dengan subjek ego tersebut; kedua, ikatan kekerabatan di lingkungan bangsa Korea sangat kuat, bahkan seringkali berbau emosional; ketiga, sikap mental bangsa Korea sangat tenang; keempat, memiliki unsur budaya yang beragam dan alur filsafat pemikiran yang berbeda-beda pula.

Dari karakter tersebut lahirlah dasar filsafat manajemen Korea yakni: (1) senioritas, (2) ketaatan/kepatuhan dengan disiplin keras. Itulah karakter bangsa dan dasar filsafat menajemen Korea, sedangkan prinsip manajemennya adalah: (1) manekankan informasi secara berkesinambungan, (2) proses pengambilan keputusan dari bawah ke atas, (3) adanya pembagian kerja yang saling mengisi dalam kebersamaan mencapai tujuan organisasi. Ketiga prinsip di atas bisa disederhanakan bahwa pendidikan merupakan kunci keberhasilan, kepentingan bersama diletakkan di atas kepentingan pribadi, menyumbangkan produktivitas yang tinggi kepada perusahaan adalah moto yang memberikan kepuasan tersendiri bagi seluruh karyawan.

Sebagaimana yang disebutkan di atas, Korea dikenal sebagai negara miskin sumber alam, untuk itu ke dalam diri setiap karyawan Korea tertanam keyakinan bahwa untuk menutupi kekurangan sumber alam itu, harus tercipta buruh yang berketerampilan tinggi, rajin, dan ulet.

Lanjut ke  Korea saja bisa, apalagi Indonesia! (Part 3/3)

Related

Indonesianis dari Korea (Bagian 2/2)

Terkinni.id - Prof Koh masih teringat perkataan dosennya tentang...

Indonesianis dari Korea (Bagian 1/2)

Terkinni.id - Indonesia tidaklah asing bagi Prof. Koh Young...

Korea Saja Bisa, Apalagi Indonesia! (Bagian 3/3)

Penulis, Prof. Dr. Koh Young Hun Terkinni.id - Sebagai penutup, saya...