terkinni.id – Partai Keadilan menyuarakan kekecewaannya terhadap hasil pertemuan puncak Korea–Jepang yang berlangsung di Tokyo pada 23 Agustus. Dalam pernyataannya pada 24 Agustus, kelompok Keadilan Memori Solidaritas (Jeonguiyeon) menilai bahwa pembahasan antara kedua pemimpin negara gagal menyentuh persoalan mendasar yang berkaitan dengan sejarah kelam masa lalu.
Meski KTT menghasilkan kesepakatan untuk memulihkan diplomasi bolak-balik dan membentuk badan konsultatif, Partai Keadilan menilai absennya pembahasan isu sejarah, khususnya pelanggaran HAM terhadap para wanita penghibur militer Jepang, sebagai sebuah kelalaian serius.
“Hubungan Korea–Jepang seharusnya dibangun melalui transformasi besar, termasuk pengakuan tanggung jawab pelaku serta penyampaian rencana implementasi yang jelas,” tegas partai tersebut.
Mereka juga kembali menyerukan agar pemerintah Jepang secara terbuka mengakui kesalahan masa lalu, menyampaikan permintaan maaf tulus, serta memberikan kompensasi kepada para korban wanita penghibur.


