terkinni.id – Dilansir dari Market Bisnis pada Rabu (3/12), CJ CGV Indonesia saat ini sedang optimis memperkuat kerja sama bisnis perfilman antara Korea dan Indonesia, serta yakin bahwa film-film Indonesia memiliki potensi besar untuk sukses di pasar Korea.
Kim Seon-cheol, Chief Marketing Officer (CMO) CGV Indonesia, menekankan bahwa Indonesia merupakan pasar yang menarik bagi industri perfilman, terutama karena 52% populasi mencakup generasi MZ dan merupakan kelas menengah terbesar di Asia Tenggara.
Ia kemudian memberikan contoh sukses pertukaran konten antara kedua negara, seperti film Korea “Sunny” (2011) yang berhasil diadaptasi menjadi versi Indonesia berjudul “Bebas” (2019), “Hyung” (2016) menjadi “My Annoying Brother” (2024), hingga hasil remake lokal dari film populer “Miracle in Cell No. 7” dengan judul yang sama. Selain itu, ia menganalisis bahwa kesamaan budaya, seperti perdukunan misalnya, dapat beresonansi dengan penonton Indonesia, dibuktikan melalui kesuksesan box office film horor “Exhuma”.

CMO Kim kemudian juga mengusulkan strategi khusus pemasaran bagi film Indonesia di Korea.
Pertama, co-produksi harus dilakukan dengan memanfaatkan computer-generated imagery (CGI), teknologi yang saat ini banyak digunakan dalam film laga. Kedua, citra grafis film harus dimaksimalkan untuk menarik perhatian penonton Korea. Ketiga, beliau menekankan pentingnya hasil terjemahan Bahasa Indonesia menjadi subtitle Korea yang tidak mengurangi makna emosional.
Chun Hye-jin selaku Program Director for International Film Busan Cinema Center yang juga hadir dalam kesempatan tersebut mengaku bahwa ia sangat menghargai potensi film Indonesia di Korea dan berpendapat bahwa Indonesia mungkin akan mampu terhubung dengan penonton Korea jika memanfaatkan genre film horor sebagai “top of mind”.


