terkinni.id – Menurut Reuters dan beberapa media pada Rabu (12/11), Kepolisian Indonesia telah menginformasikan bahwa siswa laki-laki pelaku peledakan di masjid SMAN 72 Jakarta pada tanggal 7 November lalu diketahui merakit alat peledak itu secara mandiri di rumah.
Merespons hal ini, Pemerintah Indonesia lewat Mensesneg—Prasetyo Hadi—kemudian menyalahkan video game, terutama PUBG sebagai faktor yang mendorong tindakan ini. Ia selanjutnya mengatakan, “Permainan secara psikologis menormalkan kekerasan.”
Pernyataan ini menuai reaksi dari Pemerintah Korea Selatan sebab PUBG sendiri merupakan bagian dari raksasa industri game Korea Selatan, KRAFTON.
Melalui Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata, Pemerintah Korsel mengeluarkan pernyataan resmi untuk menentang tuduhan ini melalui situs lokal ZDNET.
Perwakilan Kementerian mengatakan, “Pihak Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata (MCST) berpendapat bahwa mengaitkan insiden ledakan tersebut dengan game Korea tidak memiliki hubungan yang cukup.” Ia menambahkan, “Kami berencana untuk menyampaikan hal ini kepada pemerintah Indonesia.”
Lebih lanjut, mereka juga masih berupaya menyelidiki beberapa informasi dan fakta sebelum secara resmi menyampaikan pernyataan ini kepada pemerintah Indonesia.
Sikap pemerintah Indonesia ini dinilai sebagai sikap yang bertolak belakang dengan Presiden Korea Selatan Lee Jae-Myung. Alih-alih menyamakan video game dengan zat adiktif, Lee Jae-myung justru menolak pemikiran tersebut dan percaya bahwa industri game Korea Selatan seharusnya tidak dihambat karena narasi seperti itu.
