terkinni.id – Park Jin-young, penyanyi aktif sekaligus produser eksekutif JYP Entertainment, resmi diangkat sebagai Ko-Ketua Komite Pertukaran Budaya Populer di bawah Kantor Presiden Korea Selatan. Komite ini, yang diluncurkan pada 1 Oktober, menjadi lembaga pertama di bidang seni dan budaya populer yang dipimpin oleh sektor swasta namun berstatus kepresidenan.
Menurut Profesor Sim Hee-cheol dari Universitas Seni dan Penyiaran Dong-A, pembentukan komite ini bertujuan memperkuat daya saing industri budaya Korea dengan menggabungkan kebijakan pemerintah dan keahlian praktisi industri. Sekitar sepuluh kementerian pemerintah serta perusahaan hiburan besar ikut bergabung. “Pemerintah memberi dukungan, tetapi tidak akan ikut campur. Ini adalah meja operasi bagi pelaku industri untuk menghasilkan kebijakan nyata,” ujarnya.
Berbeda dengan Komite Promosi Budaya pada era Park Geun-hye yang berfokus pada seni tradisional dan kebijakan budaya umum, lembaga baru ini diarahkan untuk melahirkan proyek konkret di bidang K-pop, game, konten digital, dan seni pertunjukan populer. Park Jin-young dianggap sosok ideal karena rekam jejaknya yang unik — dari artis generasi pertama K-pop, pencipta lagu dengan royalti tertinggi di Korea, hingga CEO JYP yang berpengaruh di pasar Jepang dan Amerika Serikat.
Selain dikenal karena kreativitas dan kepemimpinannya, Park juga mendapat pengakuan internasional atas etika bisnis dan filosofi manajemennya. Majalah TIME menempatkan JYP sebagai perusahaan paling berkelanjutan ketiga di dunia dan nomor satu di Korea, sementara Financial Times memasukkan JYP ke dalam daftar Asia-Pacific High-Growth Companies.
Menariknya, di Jepang, sebuah survei nasional tahun lalu menempatkan Park Jin-young di peringkat kelima “atasan paling dihormati di dunia kerja”. Responden menilai Park sebagai figur yang rendah hati, disiplin, dan mampu menciptakan lingkungan kerja yang adil dan terbuka. Hasil ini menunjukkan pengaruh budaya kepemimpinan JYP yang melampaui dunia hiburan, menjadi inspirasi bagi kalangan profesional muda di Jepang.
Profesor Sim menilai, tantangan utama K-pop kini adalah membangun gedung konser berskala dunia, festival global setara Coachella,serta ajang penghargaan internasional yang sepadan dengan reputasi K-pop. Ia juga menekankan pentingnya lokalisasi budaya agar K-pop berkembang dari fenomena Korea menjadi budaya pop universal.
“Sekarang saatnya merangkai semua kekuatan K-culture menjadi satu mahakarya bersama,” pungkas Sim. Publik pun menaruh harapan besar bahwa kepemimpinan Park Jin-young akan membawa K-pop menembus batas baru, menjadikan Korea bukan hanya pusat tren musik Asia, tetapi juga episentrum budaya pop dunia.


