October26 , 2025

Jadi Penguasa Pasar M&A Indonesia, Korsel Tercatat Sudah Akuisisi 8 Perusahaan Dalam Negeri

Share

terkinni.id – Fenomena ‘Hallyu’ yang dipelopori oleh K-Pop dan K-Drama, kini telah memasuki pasar keuangan Indonesia dengan nama “K-Capital”. CNBC Indonesia melaporkan pada Senin (6/10) bahwa perusahaan besar Korea telah berupaya memperluas pengaruh mereka di Indonesia dengan mengakuisisi perusahaan lokal yang menjanjikan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Lebih dari sekadar fenomena budaya, ini merupakan strategi untuk merestrukturisasi rantai pasokan global dan merintis pasar baru.

Dengan merangkul perusahaan-perusahaan Indonesia yang memiliki sumber daya melimpah seperti nikel, mineral utama baterai, perusahaan Korea dapat mengamankan pasokan bahan baku yang stabil untuk melawan risiko ketidakstabilan rantai pasokan global dan sengketa perdagangan.

Biaya tenaga kerja dan produksi yang relatif rendah juga merupakan keuntungan utama, karena relokasi beberapa fasilitas produksi ke Indonesia dapat menghemat biaya. Lebih lanjut, penurunan hambatan tarif dalam Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Korea-Indonesia (IK-CEPA) dan insentif investasi pemerintah daerah untuk industri tertentu juga mendorong pelaksanaan merger dan akuisisi (M&A) ini.

Menurut survei CNBC Indonesia, hingga tahun 2025, delapan perusahaan lokal tercatat telah diakuisisi oleh perusahaan modal Korea, diantaranya sebagai berikut.

1. Bank Nationalnobu (NOBU)

Pada 1 Juli 2025, Hanwha Life Insurance memasuki pasar keuangan Indonesia dengan mengakuisisi 40% saham PT Bank Nationalnobu, anak perusahaan Lippo Group. Melalui akuisisi ini, mereka memasuki pasar pembiayaan ritel Indonesia.

2. Adhi Kartiko Pratama (NICE)

LX International (sebelumnya LG Internasional), melalui anak perusahaannya PT Energy Battery Indonesia (EBI), mengakuisisi 60% saham di perusahaan tambang nikel PT Adhi Kartiko Pratama pada Januari 2024. Akuisisi senilai Rp3,18 triliun ini mencerminkan rencana jangka panjang grup untuk memperkuat rantai pasokan nikel, material utama baterai kendaraan listrik.

3. Bank Bukopin (BBKP)

KB Kookmin Bank menyelesaikan akuisisi PT Bank Bukopin, yang dimulai pada tahun 2020, pada tahun 2023 dan menjadi pemegang saham terbesar dengan kepemilikan 67%. Pada bulan Februari 2024, bank tersebut berganti nama menjadi “KB Bank” dan mempromosikan merek KB Financial Group di pasar Indonesia.

4. Bank Mitraniaga (NAGA)

Pada Januari 2019, Industrial Bank of Korea (IBK) mengakuisisi 71,68% saham PT Bank Mitrania dan PT Bank Agris (AGRS). Kedua bank tersebut kemudian digabung menjadi PT Bank IBK Indonesia, yang berfungsi sebagai gerbang keuangan bagi UKM Korea yang beroperasi di pasar Indonesia.

5. Bank Himpunan Saudara 1906 (SDRA)

Woori Bank mengakuisisi 33% saham di PT Bank Himpunan Saudara 1906 pada tahun 2013 dan 2014. Woori Bank mencapai hasil yang kuat dengan menggabungkan pengalaman perbankan korporatnya dengan kekuatan perbankan ritel Bank Saudara menjadi Bank Woori Saudara (BWS).

6. OK Bank Indonesia (DNAR)

Afro Financial meningkatkan kepemilikan saham pengendali di PT Bank OK Indonesia menjadi 90,47% melalui peningkatan modal yang disetor pada November 2021. Peningkatan modal inti ini menjadi dasar bagi perluasan bisnis pinjaman lokal di Indonesia.

7. Sarana Mitra Luas (SMIL)

PT Sarana Mitra Luas, sebuah perusahaan penyewaan forklift, mengumumkan pada April 2025 bahwa mereka sedang berdiskusi dengan investor Korea dan Tiongkok untuk menarik investasi. SMIL belum menyelesaikan akuisisi dan masih dalam tahap negosiasi investasi. Perusahaan ini menargetkan pendapatan sebesar Rp420 miliar dan laba bersih sebesar Rp100 miliar pada tahun 2025 dan sedang gencar mengalihkan bisnisnya ke forklift listrik.

8. Pyridam Farma (PYFA)

Pada April 2021, LX International juga mengakuisisi 5,5% saham PT. Pyridam Farma melalui anak perusahaannya. Investasi ini bertujuan untuk memperkuat kapabilitas kedua perusahaan di sektor kesehatan, termasuk farmasi dan makanan fungsional kesehatan. Perusahaan melihat potensi pertumbuhan yang tinggi di Pyridam Farma, yang membuka kantor cabang di Korea pada awal 2021.

Tren M&A ini menunjukkan beberapa karakteristik yang berbeda. Pertama, lebih dari separuh dari delapan perusahaan tersebut adalah bank, menunjukkan strategi sektor keuangan Korea untuk mengamankan pijakan di pasar Asia Tenggara.

Kedua, akuisisi perusahaan nikel NICE merupakan contoh utama upaya perusahaan untuk memperkuat rantai pasokan inti bagi industri baterai kendaraan listrik, sekaligus mengamankan sumber daya yang krusial. Terakhir, ekspansi perusahaan ke sektor farmasi lewat PYFA dan logistik SMIL juga mengisyaratkan niat untuk mengamankan posisi di pasar-pasar pertumbuhan, seperti layanan kesehatan dan barang konsumsi.

Tren ini dinilai melampaui pengaruh budaya K-Pop dan menunjukkan bahwa pengaruh modal ekonomi dan industri Korea telah meluas ke seluruh pasar Indonesia.

Related

Aktor Ringgo Agus Rahman Dinobatkan sebagai Duta KIFF 2025!

terkinni.id – Ringgo Agus Rahman, aktor Indonesia yang baru-baru...

Cosmax dan Life Sciences Kerja Sama dengan KRIBB Kembangkan Biomaterial dari Tumbuhan Asli Indonesia

terkinni.id – Cosmax Indonesia mengumumkan pada Jumat (24/10) bahwa...

“Keadilan (The Verdict)”: Film Hasil Kolaborasi Indonesia–Korea, Rilis 20 November 2025!

terkinni.id – Dunia perfilman Indonesia akan diramaikan kembali oleh...