terkinni.id – Festival Film Internasional Busan (BIFF) resmi membuka edisi ke-30 yang bersejarah, menandai tiga dekade transformasi kota Busan dari pusat industri menjadi salah satu poros utama perfilman Asia.
Diluncurkan pertama kali pada 1996, BIFF hadir dengan tujuan memperkenalkan sineas muda Asia ke panggung internasional. Acara perdana kala itu menayangkan 170 film dari 31 negara dan mengundang lebih dari 200 tamu mancanegara, sebuah langkah ambisius yang sejak awal menegaskan misi global festival ini.
Seiring perjalanan waktu, BIFF menjadi ajang penting lahirnya para sutradara besar. Lee Chang-dong membuka festival tahun 1999 dengan Peppermint Candy, Bong Joon-ho memperkenalkan debutnya Barking Dogs Never Bite di tahun 2000, sementara Yeon Sang-ho meraih pengakuan lewat The King of Pigs pada 2011. Tidak hanya Korea, BIFF juga melahirkan nama besar Asia seperti Jia Zhangke dari Tiongkok dan Apichatpong Weerasethakul dari Thailand yang kemudian meraih Palme d’Or di Cannes.
Festival ini turut menghadirkan tokoh-tokoh dunia, mulai dari Hou Hsiao-hsien, Oliver Stone, Juliette Binoche, hingga Timothee Chalamet, memperkuat reputasi Busan sebagai panggung sinema global. Kehadiran Busan Cinema Center pada 2011 semakin memperkuat posisi festival sebagai ikon budaya kota.
Meski begitu, perjalanan BIFF tidak lepas dari ujian. Pada 2014, festival menghadapi tekanan politik setelah tetap menayangkan film dokumenter The Truth Shall Not Sink with Sewol yang mengkritisi penanganan bencana feri Sewol. Langkah tersebut menegaskan independensi festival meski berujung pada pemotongan dana dan masa sulit.
Memasuki usia ke-30, BIFF memperkenalkan segmen baru bertajuk Busan Awards yang akan menilai 14 film Asia dalam lima kategori: Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Aktor/Aktris Terbaik, Penghargaan Juri Khusus, serta Kontribusi Artistik. Melalui penghargaan ini, BIFF kembali menegaskan visinya: menemukan dan mempromosikan karya sinematik Asia terbaik sekaligus menghadirkan perspektif baru dari Asia untuk dunia.
