terkinni.id – Pemerintah Korea sedang melakukan penelitian untuk mencari solusi mendasar atas masalah rendahnya angka kelahiran. Fokus penelitian ini adalah memahami bagaimana kondisi rumah tangga—seperti pendapatan, pekerjaan, dan penggunaan cuti melahirkan—serta kualitas hidup di komunitas lokal memengaruhi keputusan memiliki anak.
Kementerian Pendidikan menugaskan penelitian berjudul “Perbedaan Tingkat Kelahiran Berdasarkan Kualitas Hidup Komunitas dan Karakteristik Rumah Tangga” kepada Perhimpunan Sosiologi Korea. Penelitian akan menilai faktor rumah tangga (pendapatan, pekerjaan, cuti melahirkan) dan faktor komunitas (perumahan, pekerjaan lokal, layanan kesehatan) untuk mengetahui pengaruhnya terhadap angka kelahiran.
Tingkat kelahiran di Korea tahun lalu hanya 0,75 anak per wanita, terendah di OECD. Karena bantuan finansial jangka pendek terbukti kurang efektif, diperlukan pendekatan struktural dan kebijakan menyeluruh.
Selama ini, Kementerian Pendidikan juga telah menjalankan berbagai upaya pendukung. Program Neulbom School menyediakan layanan pendidikan dan perawatan anak setelah sekolah untuk membantu orang tua bekerja dengan lebih tenang. Sementara itu, kebijakan RISE (Regional Innovation for School Education) memindahkan sebagian kewenangan pendidikan dari pusat ke pemerintah daerah, sehingga setiap daerah dapat mengembangkan model pendidikan yang lebih inovatif dan sesuai kebutuhan lokal.
Pemerintah menargetkan penelitian selesai pada November, lalu mempertimbangkan publikasi hasilnya.


