Pada Jumat (15/8), Layanan Tinjauan dan Penilaian Asuransi Kesehatan Korea Selatan (HIRA) mengungkapkan bahwa jumlah remaja dengan gangguan kecemasan terus meningkat setiap tahun, yakni 32.008 pada tahun 2021, 37.401 pada tahun 2022, 38.283 pada tahun 2023, dan 41.611 pada tahun 2024.
Jumlah ini menunjukkan peningkatan sebesar 65,2% dibandingkan dengan 25.192 pada tahun 2020. Lebih lanjut, peningkatan pasien di bawah usia 10 tahun adalah sebesar 87,6%, meningkat dari 2.311 pada tahun 2020 menjadi 4.336 pada tahun lalu. Jumlah ini merupakan persentase peningkatan tertinggi di antara semua kelompok usia.
Gangguan kecemasan ini merujuk pada kondisi seperti gangguan panik (panic attack), gangguan kecemasan sosial (social anxiety disorder), gangguan kecemasan umum (generalized anxiety disorder), dan gangguan kecemasan perpisahan (separation anxiety disorder) yang dapat terjadi di semua kelompok usia.
Peningkatan gangguan kecemasan pada remaja sendiri diperkirakan berkaitan dengan beban dan persaingan dalam akademik dan karir, perbandingan di media sosial, hingga peningkatan aksesibilitas untuk perawatan psikiatris.
Adapun menurut ‘Survei Waktu Kehidupan untuk Indeks Kebahagiaan Anak Tahun 2024’ yang dilakukan oleh Green Umbrella Children’s Foundation atau ChildFund terhadap 11.400 siswa kelas 1 hingga 2 SMA dalam negeri, indeks kebahagiaan anak rata-rata hanya mencapai 45,3 poin (dari 100). Kemudian, indeks rata-rata kebahagiaan anak yang berada di bawah tekanan untuk belajar mencapai 44,16 poin, lebih rendah daripada anak-anak yang tidak belajar (45,95 poin). Sementara itu, persentase responden yang “pernah berpikir untuk bunuh diri secara impulsif” adalah 9,6%, dua kali lipat dari 4,4% pada tahun 2021.
Menanggapi kondisi ini, Profesor Seok Jeong-ho dari Departemen Psikiatri di Gangnam Severance Hospital memperingati, “Dalam banyak kasus, media sosial dapat menyebabkan trauma dalam hubungan interpersonal. Penting untuk secara aktif mencari konseling dan perawatan psikiatris daripada menderita sendirian.”