terkinni.id – Survei lintas lima negara—Korea, Jerman, Jepang, Prancis, dan Swedia—menemukan generasi muda Korea mempertimbangkan lebih banyak faktor sebelum memutuskan memiliki anak dibandingkan rekan mereka di negara lain. Kekhawatiran terbesar adalah beban finansial, ketidakpastian masa depan, dan terbatasnya peluang karier setelah menjadi orang tua.

Meski niat menikah di Korea tertinggi (52,9%), minat punya anak hanya 31,2%, di bawah Swedia (43,2%), Prancis (38,8%), dan Jerman (38,6%). Rata-rata jumlah anak yang direncanakan pun terendah, yakni 1,74 per keluarga.
Sebanyak 59,9% responden di Korea menganggap beban finansial meningkat drastis setelah punya anak—jauh di atas Prancis (35,6%), Jepang (35,0%), dan Swedia (25,2%). Lebih dari separuh juga menilai kebebasan pribadi dan kesempatan bekerja akan berkurang.
Korea mencatat tingkat tertinggi kesulitan menyeimbangkan kerja, rumah tangga, dan pengasuhan (57,6%), serta skor terendah dalam persepsi keadilan sosial (2,35 poin dari skala 5). Pandangan negatif terhadap kesenjangan ekonomi juga lebih tinggi dibanding negara lain.
Peneliti menegaskan, keputusan menikah dan punya anak di Korea bukan hanya soal pilihan pribadi, melainkan dipengaruhi kondisi struktural seperti keseimbangan kerja-keluarga, keamanan karier, dan efektivitas kebijakan. Karena itu, solusi kependudukan dinilai perlu mengubah sistem secara menyeluruh, bukan sekadar memberikan insentif.